Thursday, June 21, 2007
Standard Pendidikan Indonesia
Sudah 2 minggu ini orang tua yg punya anak di kelas akhir (6, 9, 3 SMU) H2c dengan hasil ujian anak2nya. Demikian juga siswanya, karena hasil belajar mereka selama sekolah dipertaruhkan.
Masih tergambar diingatakanku, saat tahun 1986 dimana NEM diwajibkan untuk masuk SMP kedua kalinya. Aku masih inget dulu belum banyak bimbingan belajar karena hal itu masih jarang, jadi tiap malam aku dan teman2 belajar di rumah guru kami. Alhamdulillah pada waktu itu kami lulus dengan nilai bagus jadi bisa masuk ke salah satu SMP favorit di Jogja. BEgitu juga pas masuk SMA, meskipun tanpa tambahan belajar diluar sekolah (karena masih hidup susah he he he, akhirnya bisa juga masuk SMA NEgeri. Tapi pas masuk kuliah harus ikut UMPTN sampai 3 kali akhirnya bisa masuk PTN.
KAlo dulu buku2 sekolah itu bisa diwariskan ke adik2, aku juga masih inget buku2 punyaku jadi buku bergilir, dari aku ke sepupu trus balik lagi ke adik.
Tapi pas si bungsu SMA sdh ganti kurikulum, otomatis buku2 sdh tidak bisa diwariskan. Setelah itu tiap tahun kurikulum pasti berganti, pdhl kurikulum terdahulu belum tercapai maksimal. Trus dari sistem catur wulan diubah menjadi sistem semester.
Lama2 bukan masalah kurikulum yang diubah2 tapi Standar Kelulusannya. Kalau dulu untuk kelulusan ditentukan dengan nilai STTB (dimana nilainya merupakan gabungan dari nilai2 selama sekolah), sedangkan utk daftar sekolah pake nilai NEM (Untuk SD/SMP 5 mata pelajaran, SMA 6 mata pelajaran), jadi meskipun NEMnya gak bagus bisa diluluskan jika nilai ijazahnya baik. Tapi coba liat sekarang masak standar kelulusan hanya berdasarkan nilai dar 3 mata pelajaran. Itu memang hal yg sangat membingungkan. Bayangkan masak hasil sekolah selama 3/6 tahun cuma dihargai 3 mata pelajaran itupun ada nilai minimal yg harus dicapai.
"Apakah mereka tidak memikirkan bagaimana tingkat penerimaan siswa di daerah2 ttt yang fasilitas dan sumber dayanya ketinggalan jauh dari daerah perkotaan?"
"Apakah mereka tidak memperhitungkan bagaimana siswa2 Sekolah Kejuruan harus bekerja 2 kali lipat dibandingkan dengan mereka yg di Sekolah Umum. KArena siswa SMK banyak mata pelajaran keahlian yg dari dulu memang menjadi nilai jual mereka"
Tapi apapun itu mudah2 Bapak2/Ibu2 pembuat Kebijakan sudah memikirkan sejauhmana dampak kebijakan itu bagi masa depan bangsa. Mudah2an dg Standar Kelulusan ini bisa memunculkan calon pemimpin bangsa yg lebih bersih dan menghargai orang2 di sekitarnya dan membawa Bangsa Indonesia menjadi bangsa yg lebih baik lagi. (Karena produk2 jadoel banyak yg menjadi org2 serakah dan hanya mementingkan diri sendiri saja).
SEMOGA ........... !!!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment